Pengobatan untuk mencegah TB laten menjadi TB aktif

Pengobatan untuk Mencegah TB Laten Menjadi TB Aktif

Infeksi tuberkulosis (TB) laten adalah kondisi di mana seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis tanpa mengalami gejala penyakit aktif. Jika tidak diobati, infeksi TB laten dapat berkembang menjadi TB aktif, yang lebih serius dan menular. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengobatan yang tepat untuk mencegah infeksi TB laten menjadi TB aktif. Pengobatan untuk TB laten dikenal sebagai terapi pencegahan tuberkulosis (TPT). Berikut adalah beberapa pendekatan dalam pengobatan dan pencegahan TB laten:

1. Terapi Obat

Pengobatan untuk TB laten umumnya melibatkan penggunaan obat antituberkulosis yang bertujuan membunuh bakteri yang ada dalam keadaan dorman. Beberapa regimen obat yang umum digunakan termasuk:

  • Isoniazid (INH): Terapi standar untuk TB laten adalah pemberian isoniazid selama 6 hingga 9 bulan. Isoniazid adalah antibiotik yang efektif membunuh bakteri TB. Terapi ini dikenal dengan nama “regimen INH”. Pemberian obat ini secara rutin dapat mencegah infeksi laten berkembang menjadi TB aktif.
  • Rifampisin (RIF): Sebagai alternatif untuk pasien yang tidak dapat mengambil isoniazid, rifampisin dapat diberikan selama 4 bulan. Rifampisin juga merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri TB. Regimen ini dikenal sebagai “regimen RIF” dan sering digunakan dalam kasus di mana isoniazid tidak sesuai.
  • Regimen Kombinasi: Dalam beberapa kasus, kombinasi isoniazid dan rifapentine dapat diberikan selama 3 bulan dalam regimen mingguan. Ini dikenal sebagai “regimen 3HP”. Regimen ini dapat menjadi pilihan yang lebih pendek dan lebih praktis dibandingkan dengan pengobatan jangka panjang.

2. Manajemen Efek Samping dan Pantauan

Selama terapi, penting untuk memantau efek samping dan potensi interaksi obat. Efek samping umum dari isoniazid termasuk gangguan pada hati, seperti hepatitis, serta neuropati perifer. Untuk mengatasi efek samping ini, pasien sering kali diberikan vitamin B6 (piridoksin) untuk mencegah neuropati. Rifampisin dapat menyebabkan perubahan warna urin menjadi merah atau oranye, serta berpotensi berinteraksi dengan obat lain. Monitoring rutin oleh tenaga medis sangat penting untuk memastikan bahwa pengobatan berjalan dengan aman dan efektif.

3. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Pasien yang menjalani terapi TPT harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa pengobatan efektif dan untuk mengidentifikasi serta mengelola potensi efek samping. Pemeriksaan termasuk tes darah, penilaian fungsi hati, dan pemantauan gejala dapat dilakukan untuk menilai respons terhadap terapi.